Saya percaya, bukan usaha yang harus didewakan
Senin, 10 Desember 2012
Merenung Arti Kesuksesan
Selasa, 11 September 2012
Banyak orang berbicara tentang kesuksesan, sebenarnya apakah yang disebut kesuksesan itu? Kuliah IPK cumlaude, itu sukses? Memperoleh pekerjaan mapan, itu sukses? Punya mobil dan rumah, apakah itu sukses? Punya istri cantik, apakah itu sukses? Rupanya perenungan saya membawa pada satu jawaban, arti sukses adalah syukur. Menikmati hasil yang telah diraih itu lah ukuran kesuksesan. Punya banyak uang tapi tanpa kekuatan untuk menikmati artinya sama saja dengan kebohongan. Punya banyak ilmu tanpa bisa mengamalkan, rasanya seperti duri yang ada dalam daging. Selalu sakit saat digerakkan.
Apakah kesuksesan itu dapat diukur dengan kemapanan material seseorang, jawabannya adalah tidak. Banyak orang diluar sana yang berkecukupan tapi merasa hidupnya sudah sukses. Puas dengan pencapaiannya, menikmati apa yang dihasilnya. Seorang teman yang saya beri pertanyaan apakah dia puas dengan gajinya sekarang, memberikan jawaban dia pernah berpikir bagaimana saat dia memiliki pasangan hidup tetapi gajinya tetap seperti sekarang dapat dipastikan tak akan cukup, akan tetapi muncul kalimat yang membuat saya banyak merenung, "Sudah lah yang penting saat ini bisa menikmati hasilnya." Itu lah jawaban yang saya cari, syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana orang bisa sukses saat tak bisa bersyukur? Sukses adalah pencapaian. Jika kita puas dengan pencapaian maka itu lah sukses. Tapi jika mengejar pencapaian yang terlalu jauh dengan kemampuan kita maka itu mendzolimi diri kita sendiri. Untuk sukses kita harus menurunkan level atau target pencapaian kita. Masalah ini pula yang sering mendera saya. Sangat sulit untuk menurunkan level atau target yang harus dicapai. Tapi ingat lah wahai diriku sendiri!
Kita hidup untuk masa ini
Biarkan masa lalu untuk pembelajaran
Masa depan masih misteri dan masih milik Allah SWT, berikhtiar dan berdo'a adalah hal yang terbaik
Kegagalan bukan untuk diratapi, kita harus bangkit. Bangkit mengejar pencapaian yang mewujudkan rasa syukur kita. Janji Allah SWT menanti, barang siapa bersyukur niscaya nikmatnya akan ditambah.
Melalui perenungan ini saya menyimpulkan untuk diri saya sendiri bahwa sukses itu berada pada:
- Saat kita telah mencapai kenyamanan hati.
- Saat kita puas dan bersyukur terhadap apa yang ada didepan kita tanpa mengesampingkan usaha untuk meningkatkan kemampuan menghadapi cobaan hidup.
Ya Allah, berilah hamba rasa bersyukur itu… Engkau yang memiliki hati, Engkau pula yang memiliki obat untuk segala penyakit hati..
Cinta: Apakah untuk menikah?
Kamis, 30 Agustus 2012
Jika engkau mengharap cinta terbayar
maka tidak mungkin karena cinta bukan hutang yg harus dibayar.
Cinta karena ilahi tak akan menyakiti
Begitu pula cinta sejati,
cinta sejati tak memaksa untuk memiliki.
Jodoh adalah urusan ilahi,
Dia yang menulis di Lauhul Mahfudz.
hanya doa yang dapat mempermudah perjalanan cinta
dan tidak ada keraguan untuk semua itu.
Membina hubungan dilandaskan niat menikah lebih baik tak terlalu lama,
karena jelas peluang setan akan semakin besar
untuk menjurumuskan cinta menjadi nafsu belaka.
lebih baik sembunyikan cinta
dan biar cara Allah yang mengaturnya,
seperti cinta Siti Fatimah dan Syaidina Ali ra.
Menyatukan dua hati bukan perkara mudah.
jadi persiapkan diri.
Jadilah laki-laki yang punya pondasi agama,
karena agama dan syariat punya semuanya.
Punya romantisme, punya kemapanan baik materil atau tidak
Punya keteladanan juga punya kepemimpinan
Punya kehormatan juga cara menjaganya
Punya keteguhan, bukan keraguan dan kecengengan
Jangan Marah & Jangan Mengumbar Aib
Saya Harus Sekukuh Bukit Uhud
Selasa, 31 Juli 2012
Sedangkan golongan manusia lainnya, yakni orang-orang munafik adalah,
... mereka selalu bimbang, dalam keragu-raguannya. (at-Taubah [9j: 45)
Jiwa mereka selalu guncang setiap kali dituntut untuk mengambil keputusan, berpaling dari kewajiban, dan ingkar janji. Kewajiban kita adalah jika kita telah melihat titik terang kebenaran atau adanya kebenaran dan manfaat berdasarkan dugaan yang kuat, maka ayunkan langkah kaki dan jangan pernah mundur.
Ketika Ketidakberdayaan Melanda
Senin, 30 Juli 2012
Waktu kali ini terasa lambat, dua kewajiban yang hanya menginginkan ridho-Mu terasa sangat rumit. Menunaikan satu kewajiban yang lain harus terkalahkan, dan sebagai manusia tak memiliki kuasa untuk merubah kondisi. Hanya bisa berserah diri, Inni asta’khiruka bi’ilmika wa astaqdiruka bi qudrotika…
Ya Allah, Hamba ingin melakukan semua kebaikan tapi apa daya tanganku tak sampai,
Maafkanlah segala kekuranganku, Engkau Maha tidak memerlukan dari menyiksaku,
Sesungguhnya semua dosa yang diperbuat tak akan merugikan-Mu, begitu pula ketaatan tidak menguntungkan-Mu.
Behind The Scene : Kenapa saya ambil S1 lagi? Bukan S2.
Selasa, 17 April 2012
Banyak yang berkata, Gila ini orang, buang-buang duit, umur, serakah gelar kali!!! Sumpah, saya awalnya ingin keahlian yang lainya ngikut hehehehe
Cerita berawal saat cita-cita masa SMP. Seorang anak pasti mengidolakan orang tuanya. Orang tua saya adalah Electrical & Instruments Engineer di salah satu perusahaan besar Surabaya saat itu. Saya berkata, “ Yah, saya ingin jadi seperti ayah.” Hehehe tapi lama kelamaan masuk SMA cita-cita berubah jadi Saya ingin masuk Pertambangan/perminyakan biar bisa dapat duit banyak, tapi karena pertambangan hanya di ITB ambil tekfis atau instrument dlu lah…. J
Setelah UNAS dan mulai ujian masuk, SPMB pertama bagi saya. Pilihan 1 Fakultas pertambangan ITB Pilihan 2 Fisika UNAIR. Setelah SPMB ikut tes UMPENS bersama teman seperjuangan. Apadaya kemampuan tak sampai menggapai ITB, tapi masuk ke fisika. Di waktu yang bersamaan saya dinyatakan lulus untuk program D4 Elektronika ITS yang katanya terfavorit di PENS wakti itu. Dan dengan segala pertimbangan masuk lah saya ke S1 Fisika Airlangga. Disini lah saya serasa digembleng pondasi sebagai pemikir, belajar bukan hanya karena angka-angka tapi karena arti fisis angka tersebut. (Masih jauh dari S1 ke 2 Lagi sabar y kawan… ).
Kesempatan kedua muncul UMPTN 2008, Pil 1 Elektro ITS Pil 2 Pertambangan ITB. Huh… Saya hitung2 skor saya lebih dari cukup untuk masuk di pertambangan bahkan ke Elektro ITS tapi apa daya dua-duanya gak nerima. Dari situ saya mulai memantapkan hati fisika is my life and my destiny. Tak disangka-sangka saat akhir semester 3 awal dapat tawaran dari rekan kerja orang tua untuk ikut kerja di project onshore oil & gas processing. Nguli dah.. gak pa2 walaupun nguli sapa tahu dapat link dadi bos besar nantinya. Amin… Liburan awal semester 4 terisi dengan magang kerja. Disini saya belajar arti sebuah kompetensi. Bayangkan kontraktor yang membangun hanya memperkerjakan 1 engineer dan hamper ada 50 orang semuanya tamatan STM/SMA. Kata mereka buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau kerja pun tak bisa. Dlam hati ingin saya balik pertanyaan ke mereka, anda yang gak sekolah tinggi aj bisa apalagi yang sekolah Pak y!?
Di project ini saya banyak belajar dari Pak Heru, Kalibrator Instrument, juga dari Pak Puji, bos besar senior instrument engineer SANTOS Pty. Ltd. Saya disemangati bahwa semua orang sama, makan nasi atau kentang, bule sama manusianya. Jadi kita pasti punya kemampuan seperti mereka, bahkan bisa melebihi. Jangan mau kalah. “Siap Pak”, insyaAllah saya bisa mewujudkannya. Saya mulai belajar membaca drawing instrument, membaca-baca buku industrial control yang notebene tak terlalu saya akrabi walaupun diajarkan di Airlangga. Dan akhirnya saya memutuskan saya ingin bisa dan jadi Instrument Engineer. Sampai akhir project tuntas, Alhamdulillah, saya sudah dapat gambaran dan ilmu walaupun sedikit.
Tahun 2009, UMPTN berganti SNMPTN dan adik saya sudah waktunya untuk masuk perguruan tinggi. Desakan orang tua sekalian lah ikut ujian. Saya yang sudah tak berniat dan tak berminat hanya membeli formulir tanpa tahu ingin mengisi. Akhirnya adik saya mengisikan elektro UI dan system informasi ITS. UI adalah saya yang memilih karena alasan pribadi. Ketika akan mengembalikan formulir, peristiwa menarik terjadi, satu-satunya wanita yang saya inginkan jadi pendamping sampai di syurga memergoki saya mengisi UI digantinya lah dengan Elektro ITS. Saya pun berkelakar, tak mungkin masuk-masuk pun pasti gak tak masuki. Wow, saat pengumuman saya tak menghiraukan. Adik saya berteriak,” Mas.. Mas.. Sampean masuk elektro ITS”. Hah… Ujian hanya bondo datang, gak pakek belajar. Orang tua bilang sudah daftar saja sana…. Oh mam… Saya ingin selesaikan apa yang saya mulai. Fisikaku belum kelar. Akhirnya daftar lah S1 Teknik Elektro ITS yang penuh dengan orang-orang yang katanya pintar-pintar dan saya akui memang pintar.
Petualangan kuliah dobel pun dimulai, atur sks biar gak tabrakan. Ngatur waktu toleransi agar ke ITS dan ke UNAIR cukup. Cukup kalang kabut sampai IPK saya turun dari biasanya. Sampai awal semester 4 kalau gak 5 di ITS saya mengajukan cuti untuk mengerjakan skripsi di ITS. Sebenarnya diam-diam saya punya rencana. Ah nanti kalau ijasah sudah ditangan cari kerja ah capek kuliah. Siapa tahu dapat perusahaan bonafit, Elektro tinggalin aje… Sambil ngerjakan skripsi, kosentrasi full di fisika Airlangga dan Alhamdulillah Allah memudahkan jalan.. IPK cukup untuk kelulusan dan semua lancar sampai wisuda. Bahkan sebelum wisuda dapat kesempatan kerja di project Wortel Platform. Tempat anjungan untuk pengeboran minyak di selat Madura. Disini saya bertemu teman lama bahkan Guru Lama, Pak Puji, Pak Slamet, dan beberapa yang baru Pak Nugroho dari Elektro UI, Pak Husni dari TEKFIS ITS. Mulai lah goresan baru di otak.. Satu lagi Bapak yang belum saya sebutkan Pak Nurcholis Senior Electrical Engineer dari SANTOS Pty. Ltd. Dekade ini lah pikiran saya berubah yang awalnya ingin meninggalkan elektro menjadi kembali.
Saat di project semua berpikir dan menggunakan semua kemampuannya termasuk daya analisis teknikalnya. Yang kuli mikir cara kuri. Yang engineer mikir cara engineer dong.. Di project saya belajar bagaimana project ini cepat selesai, bukan bagaimana cara birokrasi agar benar dan selesai, bukan berdebat dan saling salah-menyalahkan saat ada masalah. Kejadian yang benar-benar merubah pikiran saya dari kuli ingin menjadi engineer adalah saat pekerja segolongan saya (walaupun golongan saya lebih tinggi dikit wkwkwkwkw) tak dapat bekerja karena tak ada kalender masuk hari itu di kontrak kerja senior engineer dengan lantang berani manjawab.”Masuk saja, saya yang berani bertanggung jawab masalah uangnya pokoknya kerjaan ini beres.” Tanpa kemampuan leadership, tanpa kemapanan financial, tanpa kemampuan teknikal dibidangnya, dengan tahu mana yang harus cepat dikerjakan, membedakan seorang engineer sejati dengan para tukang. Pikiran saya langsung tersentak, saya ingin kembali ke cita-cita saya dlu ke pertambangan/perminyakan jadi engineer sejati bukan jadi sok engineer.
Saya mencari informasi mana yang bisa saya pelajari lebih dalam di ITS. Saya masih tercatat mahasiswa elektro ITS. Jika belajar instrumentasi, lebih baik ke tekfis ITS karena memang mereka bidangnya. Jika memilih SP saya tak mapan hati karena selain mengulang pelajaran yang pernah saya dapat dan mungkin suatu saat kebosanan dan kesombongan diri bisa menghancurkan keilmuan dan semangat saya dalam menimba ilmu. Dan akhirnya saya memutuskan, saya masuk Power Engineering saja. Hal baru bagi saya, tantangan dan semoga khusnul khotimah. Lulus dan segera berkarya untuk negeri. Mewujudkan cita-cita jika sukses kelak akan membangun sekolah untuk pemimpin bangsa Indonesia.
Untuk S2, sebenarnya saat bekerja dan setelah lulus dari Airlangga saya mendaftar manajemen proyek di ITS agar umur tak terlalu tua saat lulus nanti. Tapi takdir tak mengizinkan kelas saya tak ada dan dialihkan ke manajemen industry dan saya memutuskan tak hadir saat ujian. Saat proses pendaftaran, saya mencari alasan mengapa kebanyakan orang harus melanjutkan S2, apa yang saya mau dan saya dapatkan dari S2? Salah seorang Bu dosen saya memberikan pencarahaan, saat kamu ingin jadi dosen atau peneliti atau akademisi pilih lah S2 tapi saat kamu hanya ingin bekerja ambil lah S2 Manajemen atau yang non linear dengan studimu. Sudah saya jelaskan di atas bahwa saya ingin jadi engineer sejati yang bisa berkarya untuk negeri sehingga kemampuan, skill lah yang saya butuh kan. Dan yang paling penting sebenarnya saya tak ingin membebani orang tua, jikalau S2 sudah saya tekankan di hati itu beasiswa atau dari benar-benar kantong saya sendiri.
Listrik “Byar Pet” Salah Kita Juga (Part 2)
Karakter yang awalnya hanya banyak menggunakan listrik untuk penerangan sehingga beban ada pada pukul 17.00 WIB – 23.00 WIB sekaranga harus lebih produktif. Ketika malam hanya digunakan sebagai penerangan, alangkah baiknya saat matahari telah terbit dimulai untuk aktifitas produksi missal UKM atau yang lain sehingga pola kurva beban dapat berubah merata disemua waktu. Ini sedikit dari manajeman beban listrik.
Pada manajemen pembangkit dan energy listrik dikenal dengan adanya SSM (Supplay Side Management) yang menjamin kualitas dari pemasok listrik sendiri. NSM (Network Side Management) yang menjamin kualitas distribusi listrik itu sendiri, dan terakhir adalah DSM (Demand Side Management) sebagai manajemen pada sisi konsumen.
DSM mempunyai target yaitu optimalisasi dan effisiensi penggunaan listrik. Pada DSM diharapkan peran aktif konsumen terutama rumah tangga untuk benar-benar mengoptimalkan penggunna listriknya. Agar kurva puncak tidak lagi timpang bisa saja konsumen menggunakan strategi peak clipping, yaitu menurunkan penggunaan listrik pada saat beban puncak atau bahkan menggunakan strategi yang lebih baik yaitu strategi konsversi. Strategi ini misalnya menggunakan lampu LHE untuk menggantikan lampu pijar dimana perbedaan watt bisa mencapai 31 watt untuk mendapatkan lumen (pencahayaan) yang sama terang.
Listrik adalah energy, energy tak dapat diciptakan dan dihancurkan, hanya dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Sekarang, jika kita jor-joran menggunakan listrik maka alangkah lebih baiknya tahu bagaimana pusingnya memikirkan cara membangkitkan listrik. PLTA, PLTU, PLTG dan lain sebagainya. Kenaikan BBM yang langsung berdampak inflasi, pastinya akan berdampak jika para pejuang listrik tidak pintar-pintar mengatur manajemen pembangkit di Indonesia. Perlu sedikit diketahui di Indonesia pembangkit listrik masih banyak yang bergantung pada bahan bakar fosil/BBM. Sehingga apabila manajemen pembangkit tidak dapat sukses dilakukan maka Byar Pet pasti terjadi lagi.
Salah satu mengatasi Byar Pet, kita punya pembangkit sendiri. Oh, sungguh mahalnya? Jangan khawatir selain Diesel Generator setiap kWh dari pembangkit kita pasti dibeli oleh PLN. Ayo menggalakkan Renewable Energy. Kontrak pembangkit swasta dengan PLN dapat dicari digoogle dengan kata kunci kontrak kerja IPP dengan PLN. Penggunaan pembangkit sendiri di dunia ekonomi listrik dinamakan Captive Power.
Pusingnya Byar Pet dapat diatasi kalau kita sama-sama berjuang. PLN berjuang meningkatkan kapasitas pembangkit dan jalur transmisi dan distribusinya. Kita sebagai konsumen menggunakan secara effisien, optimal dan produktif. Beban listrik yang baik adalah beban yang rata disemua waktu sehingga PLN tak merugi, kita juga terjamin pasokan listriknya.